Sejarah Indonesia
BAB 1
Menelusuri Peradaban Awal di Kepulauan Indonesia
A. Sebelum Mengenal Tulisan
Kehidupan saat ini seirng disebut sebegai era modern, yaitu era kehidupan manusia yang ditunjang berbagai peralatan modern. Meskipun demikian, kehidupan manusia pada masa modern ini tidak terlepas dari kehidupan manusia pada masa praaksara. Contohnya beberapa ibu rumah tangga saat ini masih ada yang menggunakan alat penghalus bumbu yang terbuat dari batu atau biasa disebut cobek.
1. Masa Praaksara
Banyak anggapan yang menyatakan bahwa kebudayaan manusia diawali dari keberadaan tulisan. nggapan ini berdasarkan pada penemuan bukti bukti arkeologis yang menunjukkan kebudayaan tulis sebagai wujud eksistensi manusia. Selain itu, keberadaan peradaban-peradaban besar dunia ditandai dengan budaya tulis. Sebagai contoh, keberadaan Hindu-Budha diIndonesia ditandai dengan penemuan prasasti. Prasasti menunjukkan keberadaan peradaban masyarakat pada masa tersebut. Selain itu, melalui prasasti masyarakat pada masa kini dapat mengetahui kondisi masyarakat dan kebudayaan yang dihasilkan pada masa Hindu-Budha.
Benarkah manusia pada masa praaksara sama sekali belum mempunyai kebudayaan?
Pada kenyataannya manusia yang hidup pada masa praaksara telah mampu menghasilkan berbagai benda kebudayaan. Meskipun manusia pada masa praaksara belum mengenal tulisan, mereka mapu menghasilkan produk-produk kebudayaan dari bahan batu, tanah liat, dan logam. Kemampuan tersebut tidak mereka peroleh dengan membaca buku panduan, tetapi melalui pengalaman belajar. Mereka memperoleh pengetahuan dan kemampuan tersebut dari melihat, mengamati,meniru, dan membuat peralatan. tersebut.
istilah praaksara berasal dari kata "pra" yang berarti sebelum dan "aksara" yang berarti tulisan. Jadi, masa praaksara berarti masa ketika manusia belum mengenal tulisan. Dalam bahasa Inggris, masa praaksara disebut prehistory.
2. Berakhirnya Masa Praaksara
Seperti halnya periode awal masa praaksara, para ahli juga beum dapat memastikan periode akhir masa praaksara. Ketidakpastian ini terjadi karena akhir masa praaksara disetiap tempat berbeda. Contohnya, bangsa Mesir dan Mesopotamia mengakhiri masa praaksara dan mengenal tulisan sekitar abad V-III sebelum Masehi. Jadi, kapan masa praaksara di Indonesia berakhir?
Sekira 4000 tahun sebelum Masehi, terjadi perubahan signifikan dalam kehidupan masyarakat pada masa praaksara di Kepulauan Indonesia. Pada masa ini terjadi migrasi yang dilakukan oleh bangsa yang berbahasa Austronesia. Kehadiran bangsa tersebut di Kepulauan Indonesia ini membawa Indonesia pada zaman protosejarah. Bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia memperkenalkan inovasi-inovasi dalam berbagai bidang, terutama dalam teknik pembuatan peralatan batu.
Pada masa ini kehidupan masyarakat semakin kompleks. Interaksi perdagangan dan pelayaran yang mulai berkembang pada masa ini juga memperkenalkan masyarakat pada masa praaksara Indonesia dengan tulisan. Berkembangnya budaya tulis inilah yang menandai berakhirnya masa praaksara. Para ahli memperkirakan masyarakat indonesia mengakhiri masa praaksara sekitar abad IV-V Masehi. Bukti berakhirnya masa praaksara di Indonesia adalah penemuan prasarti Yupa peninggalan Kerajaan Kutai di Murara Kaman, Kalimantan Timur.
3. Arti Penting Sejarah Kehidupan Masa Praaksara
Masa praaksara sudah berakhir berabad-abad yang lalu. Namun, masa praaksara bukanlah sebuah periode kosong yang tak bermakna. Banyak makna yang tersimpan dalam kehidupan masa praaksara.
a. Mengetahui Asal-Usul Nenek Moyang Suatu Bangsa
Bangsa Indonesia termasuk bangsa yang besar. Sejarah bangsa Indonesia dimulai sejak masa praaksara. Oleh karena itu, masa praaksara merupakan periode penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Denganmempelajari masa praaksara, kita dapat mengetahui asal-usul masyarakat Indonesia.
b. Memahami Proses Kemunculan Manusia Modern
Hasil kajian praaksara yang didukung penelitian genetika menunjukkan bahwa semua manusia medern berasal dari satu "ibu". Perbedaan fisik yang ada pada berbagai manusia modern merupakan hasil adaptasi terhadap kondisi geografis sekitarnya. Pengetahuan ini menghapuskan pandangan lama yang menganggap bahwa setiap bangsa memiliki tingkat evolusi berbeda.
c. Meneladan Kearifan Masyarakat pada Masa Praaksara
Masyarakat ppada masa praaksara telah mengembangkan kebudayaan sederhana meskipun belum mengenal tulisan. Kebudayaan ini dapat dibuktikan dengan peninggalan-peninggalan artefak seperti kapak genggam., kapak perimbas, dan baangunan megalitikum. Selain itu, masyarakat pada masa praaksara memilikir kearifan yang dapat diteladan dan dikembangkan dalam kehidupan saat ini. Beberapa nilai kearifan masyarakat pada masa ppraaksara sebagai berikut.
- Cara beradaptasi dengan ketidakpastian kondisi alam
- Pedulli terhadap alam dan lingkungan
- Selektif terhadap budaya asing
- Hubungan sosial yang hamonis
C. Mengenal Manusia Purba
1. Lokasi Penemuan Manusia Purba
Beberapa wilayah Indonesia yang menjadi tempat hunian manusia purba antara lain Sangiran. Trinil, Wajak, dan Flores.
a. Sangiran
Dimana letak Sangiran? Sangiran terletak di kaki Gunung Lawu dan sekira 15 km dari lembah Sungai Bengawan Solo. Para peneliti menganggap Sangiran sebagai pusat peradaban besar. penting, dan lengkap manusia purba di Indonesia, bahkan dunia. Sangiran merupkan salah satu siitu praaksara yang meemberikan petunjuk tentag keberadaan manusia sejak 150.000 tahun yang lalu.
Wilayah Sangiran memiliki karakteristik berbentuk menyerupai kubah raksasa dengan cekungan besar dipusat kubah akibat erosi di bagian puncaknya. Kubah raksasa tersebut diwarnai dengan perbukitan bergelombang.
Pada tahun 1864 P.E.C. Schemulling mengawali penelitian purbakala di Sangiran. Schemulling mengawali penelitian purbakala di Sangiran. Schemulling meneliti beberapa penemuan fosil vertebrata disekitar Sangiran. Selanjutnya, pada tahun 1895 Eugene Dubois mendatangi tempat ini, tetapi Dubois tidak menghasilkan temuan ssehingga dokter dan ahli anatomi ini tidak melanjutkan penelitiannya .
Setelah sekian lama tidak dilakukan penelitian, pada tahun 1932 seorang ahl geografi, L.J.C. van Es membuat peta geologi dikawasan Sangiran dengan skala 1:20.000. Peta ini kemudian dimanfaatkan von Koenigswald untuk melakukan survi eksploratif diwilayah Sangiran. Berbekal peta tersebut Koenigswald berhasil menemukan berbagai peralataan manusia purba. Koenigswald menemukan sekira seribu peralatan yang terbuat dari batuan kalsedon. Meskipun sederhana,, peralatan dari batu itu dapat digunakan untuk memotong, menyerut, dan melancipi ombak kayu.
Di sela-sela survei tersebut, pada tahun 1936 seorang penduduk menyerahkan sebuah fosil rahang kanan maanusia purba kepada Koenigswald. Inilah pertemuan pertama fosil manusia purba yang diberi kode S1 (Sangiran 1). Sejak saat itu hingga tahun 1941 dengan bantuan penduduk ssetempat, Koenigswald menemukan fosil manusia purba Homo erectus. Sejak penemuan von Koenigswald, situs Sangiran ditetapkan secara resmi sebagai Warisan Dunia, yang tercantum dalam Nomor 593 Daftar Warisan Dunia (World Heritage List) UNESCO.
b. Trinil, Ngawi, Jawa Timur
Trinil berada di Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaen Ngawi, Jawa Timur. Trinil menjadi hunian kehidupan purba, tepatnya pada masa pleistosen tengah atau sekira satu juta tahun llau. Penelitian kehidupan anusia purba di Trinil sudah dilakukan jauh sebelum penelitian yang dilakukan von Koenigswald disitus Sangiran.. Penelitian manusia purba di Trinil pertama kali dilakukan oleh Eugene Dubois.
Peelitian Eugene Dubois di Trinil diawali dengan penggalian pada endapan aluvial Bengawan Solo. Pada penelitian ini Dubois menemukan tulang rahang. Dalam penggalian berikutnya, Eugene Dubois berhasil menemukan gigi geraham, bagian atas tengkorak, dan tulang paha kiri. Selanjutnya, Eugene Dubois melakukan rekontruksi terhadap hasil temuannya tersebut. Eugene Dubois kemudian memberi nama penemuannya Pithcanthropus erectus yang berarti manusia kera berjalan tegak. Saat ini para ahli sepkat meenyebut Pithcanthropus erectus dengan sebutan Homo erectus yag artinya berjalan tegak.
Wajak terletak di Tulungagung, Jawa Timur. Nama Wajak mulai mengemuka pada tahun 1889 saat B.D. Reitschoten menemukan sebuah fosil tengkorak. Fosil tersebut kemudian diserahkan kepada C.P. Sluiter,, kurator dari Koninklijke Natuurkundige Vereeniging ( Perkumpulan Ahli Ilmu Alam ) di Batavia. Sluiter kemudian menyerahkann fosil tengkorak Wajak pada Eugene Dubois.
Bagi Dubois, fosil temuan Rietschoten di Wajak membuka harapan baru untuk menemukan missing link asal-usul manusia. Hal ini sesuai teori ahli geologi Veerbeek yang sepakat bahwa pegunungan batu kapur tersier di Jawa sangat menjanjikan bagi riset Dubois. Dubois akhirnya tinggal selama lima tahun di Tulungagung yang saat itu masih merupakan kota kecil di bagian Kediri. Dubois menyissir kembali tempat Rietschoten menemukan fosil tengkorak manusia, yakni dicekungan bebatuan disekitar Wajak. Di sekitar tempat itu Dubois menemukan sisa fosil reptil dan mamalia serta fosil tengkorak manusia meskipun tidak seutuh temuan Rietschoen. Fosil temuan Dubois tersebut dinamakan Homo Wajakensis.
d. Flores
Flores merupakan salah satu pulau di gugusan Kepulauan Nusa Tenggara. Penelitian kehidupan purba di Flores dimulai pada tahun 2003. Penelitian tersebut dilakukan oleh beberapa ilmuwan dari Indonesia dan Australia. Tim Indonesia dipimpin oleh Raden Pandji Soejono dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Tim Australia dipimpi oleh Mike Morwood dari Universitas New England. Pada penggalian di Gua Liang Bua, Flores, para iluwan tersebut menemukan fosil manusia kerdil atau hobbit yang diberi nama Homo floresiensis.
2. Jenis-Jenis Manusia Purba
a. Meganthropus
Meganthropus merupakan jenis manusia purba paling tua. Fosil Meganthropus ditemukan vo Koenigswald , sorang ahli paleoantropologi Belanda, pada tahun 1941. Von Koenigswald menemukan fosil Meganthropus di Desa Sangiran, lembah Sungai Bengawan Solo.
Ciri-ciri fisik Meganthropus palaeojavanicus :
- Tulang pipi tebal
- Kening menonjol
- Tidak memiliki dagu
- Geraham besar-besar
- Memiliki badan tegap
- Bentuk muka diduga masif
- Rahang bawah sangat tegap
- Memiliki bentuk gigi homonin
- Memakan tumbuh-tumbuhan
- Otot-otot kunyah sangat kukuh
- Kepala bagian belakang sangat menonjol
- Permukaan kunyah tajuk terdapat banyak kerut
b. Pithecanthropus
Pithecanthropus disebut juga manusia kera. Fosil manusia purba ini merupakan jenis manusia purba yang palinng bayak ditemukan di Indonesia. Pithecanthropus diperkirakan hidup pada masa pleistosen awal, tengah, dan akhir.
Pithecanthropus memiliki ciri-ciri yang beerbeda dengan Meganthropus. Pithecanthropus memiliki tubuh tegap dan tinggi badan 165-180 cm, alat pengunyahnya tidak sehebat Meganthropus, dahu belum ada, dan hodungnya lebar, serta volume otak berkisar 750-1.300 cc. Par ahli memperkirakan Pithecanthropus hidup 2,5 juta-200 ribu tahun yang lalu. Beberapa jenis Pithecanthropus yang ditemukan di Indonesia antara lain Pithecanthropus mojokeertensis, Pithecanthropus erectus, dan Pithecathropus soloensis.
( Gambar fosil tengkorak Homo erectus)
C. Homo Sapiens
Berdasarkan sisa-sisa fosil yang ditemukan Homo sapiens ddiperkirakan memiliki ciri-ciri fisik ssebagai berikut.
- Tengkorak besar.
- Volume otak diperkirakan 1.650 cc.
- Muka datar dan lebar.
- Akar hidung lebar.
- Bagian mulut menoonjol sedikit..
- Dahi agak miring.
- Di atas rongga mata ada busuur kening yang nyata.
- Langit-langit mulut besar dan dalam.
- Rahang bawah masif.
- Gigi besar-besar.
- Gigitaan gigi seri atas tepat megenai gigi bawah.
- Tinggi badan seira 173 cm.
Homo sapiens dibagi menjadi tiga jenis. Ketiga jenis homo sapiens yaitu :
- Manusia Wajak (Homo Wajakensis)
- Manusia Liang Bua (Homo Floresiensis)
- Homo Soloensis
3. Perdebatan Antara Pithecanthropus ke Homo Erctus
Pernyataaan Dubois yaang menyimpulkan bahwa manusia merupakan kelannjutan dari evolusi kera mengundang perdebatan. Para ilmuwan mempertanyakan fosill Pithecantropus erectus yang memiliki ciri-ciri atap tengkorak dengan volume kecil, gigi berukuran besar, dan tulang paha berciri modern berasal dari satu individu. Sementara itu, sebagian ahli meragukan menyatakan bahwa tengkorak berukuran kecil tersebut memiliki eekor ggibon. Adapun fosi tulang paha tersebut merupakan fosil manusiaa modern.
Perdebatan mengenai Pithecanthropus erectus semakin gencar pada tahun1920-an . Teori evolusi manusia purba semakin diiminati banyak ilmuwan. Penekitian mengeenai teori berdampak pada penemuan-penemuan fosil manusia purba. Pada tahun 1927 ditemukan fosil di situs Zhoukoudian di dekat Beijing. Fosil-fosil yang ditemukan di situs ini diberi nama Sinanthropus pekinensis. Fosil tengkorak beserta tulang paha Sianthropus menunjukkan ciri-ciri yang sama dengan Pithecanthropus erectus.
Komentar
Posting Komentar